JAKARTA, TORONEWS.BLOG - Apa itu Pacu Jalur? Kalimat itu sedang ramai dibahas di media sosial, bahkan menjadi tren di dunia.
Pacu Jalur bisa seterkenal sekarang gegara penampilan Anak Coki, bocah yang menari di ujung perahu sampan di perlombaan Pacu Jalur.
Ya, Pacu Jalur adalah sebuah lomba mendayung yang telah menjadi tradisi turun temurun di Riau. Di tradisi ini, bukan hanya menyuguhkan luar biasanya para pendayung, tapi juga aksi viral penari di ujung sampan.
Bahkan, bocah-bocah penari Pacu Jalur ini sekarang menjadi trendsetter dunia. Aura Farming, begitu netizen menyebutnya. So, apa sebenarnya Pacu Jalur itu? Berikut penjelasan selengkapnya.
Apa Itu Pacu Jalur?
Pacu Jalur adalah perlombaan tradisional yang mengharuskan sejumlah orang mendayung sampan secepat mungkin untuk menjadi pemenang. Perahu itu diberi nama 'Jalur'.
Di setiap lombanya, perahu 'Jalur' yang berpartisipasi bisa lebih dari 100. Tidak heran ini menjadi festival tradisi yang selalu menarik minat masyarakat.
Menurut masyarakat setempat, jalur merupakan 'perahu besar' terbuat dari kayu bulat tanpa sambungan dengan kapasitas 45-60 orang pendayung (anak pacu).
Perlombaan yang konon sudah ada sejak tahun 1903 ini menjadi agenda tetap Pemerintah Provinsi Riau untuk menarik wisatawan Nusantara maupun mancanegara untuk berkunjung ke Riau, khususnya di Kabupaten Kuantan Singingi.
Pada masa penjajahan Belanda, Pacu Jalur diadakan untuk memeriahkan perayaan adat, kenduri rakyat, dan untuk memperingati hari kelahiran Ratu Belanda Wilhelmina yang jatuh pada tanggal 31 Agustus.
Kegiatan Pacu Jalur pada zaman Belanda dimulai pada tanggal 31 Agustus, 1 atau 2 September. Perayaan ini dilombakan selama 2-3 hari, tergantung jumlah jalur yang ikut dipacu.
Sejarah Pacu Jalur
Pacu Jalur adalah Pesta Rakyat kebanggan masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi. Sejarah Pacu Jalur berawal abad ke-17, di mana jalur merupakan alat transportasi utama warga desa di Rantau Kuantan, yakni daerah di sepanjang Sungai Kuantan yang terletak antara Kecamatan Hulu Kuantan di bagian hulu hingga Kecamatan Cerenti di hilir.
Saat itu, transportasi pun memang belum berkembang di daratan sehingga jalur benar-benar digunakan sebagai alat angkut penting bagi warga desa. Jalur ini juga mampu mengangkut sekitar 40-60 orang.
Kemudian, muncul jalur-jalur yang diberi ukiran indah, seperti ukiran kepala ular, buaya, atau harimau, dan ditambah dengan aksesori tambahan termasuk payung, tali-temali, selendang, tiang tengah, serta lambai-lambai (tempat Anak Coki berdiri).
Perubahan pada jalur ini sekaligus menandai perkembangan fungsinya yang bukan hanya sebagai alat transportasi, tapi juga menunjukkan identitas sosial.
Saat itu, mereka yang menggunakan jalur dianggap sebagai bangsawan. Beberapa abad kemudian, warga melihat sisi lain yang membuat keberadaan jalur menjadi semakin menarik, yakni dengan digelarnya acara lomba adu kecepatan antarjalur yang hingga saat ini dikenal dengan nama Pacu Jalur.
Pacu jalur mulanya diselenggarakan di kampung-kampung di sepanjang Sungai Kuantan untuk memperingati hari besar Islam. Namun, seiring perkembangan zaman, Pacu Jalur juga diadakan untuk memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
Kini warna-warni kostum dan dentum suara meriam penanda mulai lomba, serta teriakan pemberi semangat menjadi daya tarik budaya lokal asli Kuantan Singingi Riau yang pantas dinanti dan dinikmati.
Jadi, itu dia penjelasan mengenai Pacu Jalur, termasuk sejarahnya. Budaya Riau ini patut dilestarikan dan dipopulerkan, sehingga dunia tahu begitu kayanya Indonesia.