JAKARTA, TORONEWS.BLOG – Sentuhan global tengah menerpa Timnas Indonesia U‑17. Pelatih Nova Arianto secara mengejutkan memanggil sembilan pemain diaspora internasional ke pemusatan latihan (TC) di Bali, membawa aroma strategi taktis dan identitas nasional modern menjelang Piala Dunia U‑17 2025.
TC gelombang ini dijadwalkan berlangsung pada 7 Juli–10 Agustus 2025, sebagai momentum strategis untuk membentuk tim yang tidak hanya solid, tapi juga sarat pengalaman global. Selain pemain lokal seperti Dafa Gasemi, Fabio Azkairawan, Evandra Floresta, dan Fadly Alberto Hengga, skuat terbaru ini kini memiliki plus-plus kompetitif dari kualitas luar negeri.
Dipioniri oleh lima pemain Indonesia yang berkarier di Belanda — Feike Muller (Willem II), Deston Hoop, Floris De Pagater (SC Telstar), Noha Pohan S (NAC Breda), dan Jona Gaelink (FC Emmen) — serta empat lainnya yang bermain di Australia, Italia, dan Norwegia: Eizar Jacob Tanjung, Lionel De Troy, Azadin Ayoub, dan Nicholas.
Langkah ini bukan sekadar menambah skuad, melainkan pernyataan ambisi. Nova secara terang-terangan menyebut akan melihat kecocokan teknik dan kecerdasan taktis diaspora tersebut dalam sistem permainan yang tengah dibangun.
“Ya pastinya kami mencoba beberapa opsi pemain baru dan akan kita lihat apakah mereka bisa sesuai dengan filosofi apa yang akan kita rencanakan,” ujar Nova, Rabu (12/7/2025).
Panggilan ini juga sudah mendapat sinyal hijau dari federasi dan klub asing para pemain. Nova memastikan distribusi tugas sudah jelas: ketigabelas pemain, termasuk diaspora, siap mengikuti TC di Bali.
“Sejauh ini iya (akan hadir TC),” kata mantan asisten Shin Tae‑yong itu.
Sinyal internasionalisasi Timnas ini menjadi strategi branding nasional — memadukan eksplorasi bakat global dengan jati diri lokal. Ketika melangkah ke Piala Dunia U‑17 3–27 November 2025 di Qatar, Garuda Asia akan tampil bukan hanya sebagai tim, tetapi sebagai simbol Indonesia global.
Di babak Grup H, Indonesia bakal diuji melawan Brasil, Honduras, dan Zambia. Dalam pusaran grup berat seperti ini, kualitas teknis, wawasan strategi, dan adaptabilitas menjadi persyaratan wajib — dan itulah yang ingin dibawa oleh Nova melalui sinergi lokal-diaspora.
Langkah ini juga mengirim pesan kuat ke dunia: Indonesia serius menjadikan sepak bola usia muda sebagai kendaraan diplomasi budaya. Menyandingkan pemain berlatar belakang pendidikan dan kompetisi internasional ke dalam tim nasional adalah wujud nyata.
Persiapan ini pun diperkaya pelatih dengan serangkaian pertandingan uji coba, sesi analisis teknis, dan pemantauan ritme permainan. Semua dilakukan demi membentuk line-up final yang tidak hanya kompetitif, tetapi berkarakter dan kredibel secara global.