SURABAYA, TORONEWS.BLOG – Tiga musim menjadi lawan yang tangguh di lapangan, kini Risto Mitrevski memilih menjadi bagian dari keluarga besar Persebaya Surabaya. Bagi sebagian orang, ini mungkin sekadar transfer biasa. Namun bagi Risto, ini adalah keputusan emosional: dari rival menjadi saudara. Dari yang dulu dihadapkan pada ribuan Bonek sebagai lawan, kini ia akan didukung dan dielu-elukan oleh mereka.
Pemain asal Makedonia Utara ini bukan wajah baru di Liga 1. Tiga musim bersama Dewa United membuat namanya dikenal sebagai bek tangguh dan penuh determinasi. Namun, saat kontraknya tak diperpanjang, Risto tak ragu memilih Persebaya sebagai pelabuhan baru. Pilihan itu bukan hanya soal sepak bola—melainkan juga tentang perasaan dan rasa kagum pada atmosfer Surabaya.
"Saya rasa tidak masalah, saya rasa di sekitar sini (Surabaya), lebih baik daripada di Jakarta atau Tangerang," ungkap Risto jujur.
Bagi Risto, Persebaya bukan sekadar klub besar. Ia menyebut ada aura berbeda saat bermain di Stadion Gelora Bung Tomo, di bawah sorakan puluhan ribu suporter. Ia sudah merasakannya sebagai lawan. Kini, ia ingin merasakannya sebagai bagian dari mereka.
"Saya cukup senang dengan pemain asing dan lokal, jadi saya tidak masalah untuk bergaul dengan siapa saja. Dan itu adalah cara yang kamu butuhkan untuk lebih dekat sebagai tim bersama-sama," tambahnya.
Tak heran jika ia langsung klik dengan suasana tim. Apalagi, beberapa nama seperti Ernando Ari, Bruno Moreira, dan Malik Risaldi sudah tak asing baginya. Bahkan ia kembali bertemu rekan senegaranya, Dime Dimov, yang juga resmi berseragam hijau-hijau musim ini.
"Beberapa dari mereka saya tahu karena saya telah bermain di Indonesia selama tiga tahun. Kita bertemu di pertandingan sebelumnya, jadi mudah sekali dikenali," ujar Risto.
Sebagai bek tengah, Risto tahu perannya tidak hanya menjaga gawang dari kebobolan. Ia harus jadi pemimpin di lini belakang, jadi panutan di ruang ganti, dan jadi ‘tembok’ bagi lawan. Mentalitas ini yang ia bawa ke Persebaya. Ia tak ingin sekadar datang, bermain, lalu pergi. Ia ingin meninggalkan warisan.
Risto bahkan menyebut dirinya sangat menantikan debut di depan Bonek dan Bonita. Baginya, suporter adalah jiwa dari klub. Dan ia ingin membuktikan kepada mereka bahwa dirinya layak mengenakan lambang Persebaya di dada.
Kedatangannya menjadi bagian dari perombakan skuad besar-besaran yang dilakukan manajemen Persebaya. Selain Risto, Gali Freitas juga sudah bergabung, serta dua bintang lama yang dipulangkan: Rachmat Irianto dan Koko Ari. Langkah ini menunjukkan Persebaya sedang membangun bukan hanya tim, tapi juga fondasi identitas yang kuat.
Kini, dari yang dulu musuh, Risto telah menjadi saudara. Ia datang bukan sekadar untuk bermain, tetapi untuk bertarung bersama. Bukan lagi melawan sorakan Bonek, tapi bertarung demi mereka. Dan bagi Risto, ini adalah babak baru yang layak diperjuangkan sepenuh hati.