Aljazair memenjarakan seorang jurnalis olahraga Prancis selama tujuh tahun atas tuduhan “mengagungkan terorisme,” di tengah perseteruan yang memanas antara negara Afrika Utara itu dan bekas penjajahnya.
Christophe Gleizes, 36, dijatuhi hukuman oleh pengadilan di wilayah Kabylie timur pada hari Minggu, kata kelompok advokasi Reporters Sans Frontieres dalam sebuah pernyataan yang mengecam keputusan tersebut. Ia akan mengajukan banding.
Gleizes ditangkap pada bulan Mei 2024 saat dalam perjalanan ke Aljazair untuk meliput sejarah Jeunesse Sportive de Kabylie, salah satu tim sepak bola paling terkenal di negara itu, menurut RSF. Ia kemudian dilarang meninggalkan tempat itu.
"Prancis sangat menyesalkan hukuman penjara tujuh tahun yang dijatuhkan kepada jurnalis Prancis Christophe Gleizes," kata Kementerian Luar Negeri dalam sebuah pernyataan. "Prancis menegaskan kembali komitmennya terhadap kebebasan pers di seluruh dunia."
Hubungan Aljazair dengan Prancis yang sering kali bermasalah berubah menjadi lebih buruk pada bulan Juli 2024 ketika Paris mendukung rencana negara tetangga Maroko untuk wilayah Sahara Barat yang disengketakan. Hal itu membuat marah Aljazair , yang mendukung gerakan yang menginginkan kemerdekaan bagi wilayah Atlantik yang kaya mineral tersebut.
Gleizes adalah jurnalis independen yang pernah berkontribusi pada sejumlah publikasi Prancis 'So Foot' dan 'Society.' Tuduhan tersebut bermula dari kontaknya dengan mantan pejabat sepak bola lokal yang juga merupakan tokoh kunci di MAK, kelompok oposisi yang memperjuangkan penentuan nasib sendiri bagi wilayah Kabylie, menurut RSF.
Aljazair menetapkan MAK sebagai organisasi teroris pada tahun 2021, meskipun interaksi utama Gleizes terjadi pada tahun 2015 dan 2017 dan pertukaran pada tahun 2024 hanya menyangkut persiapan untuk cerita tentang klub sepak bola JSK, kata RSF.
Putusan ini dikeluarkan saat pengadilan di Aljir akan memutuskan pada hari Selasa atas banding yang diajukan penulis Prancis-Aljir Boualem Sansal. Ia dipenjara selama lima tahun pada bulan Maret atas tuduhan yang mencakup merusak persatuan nasional.
Aljazair berada pada peringkat ke-126 dari 180 negara pada indeks kebebasan pers RSF tahun 2024.